Jumat, 18 Juni 2010

Karya TERBAIK LKTI SE-JAWA BEM UNS 2010

15 KARYA TERBAIK LKTI SEJAWA SIM BEM UNS 2010

Semangat Jiwa Kewirausahaan Pada Mahasiswa PTAI: Menuju SDM Berbasis Nilai-Nilai Syari’ah dalam Rangka Menghadapi Pasar Globalisasi

oleh Muh. Husen Arifin, M. Fikri Firmansyah, Fatkhur Muttaqin Amin


BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Di latar belakangi oleh ketertarikan penulis dalam melihat angka penggangguran terdidik dari perguruan tinggi yang terjadi di Indonesia yang semakin hari menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dimana peningkatan tersebut tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada di Indonesia.

Fakta di lapangan menunjukkan di antara 21,1 juta angkatan kerja di Indonesia, yang 4,1 juta adalah pengangguran. Sementara itu, lulusan perguruan tinggi yang langsung bekerja hanya 10,7 persen. Sekitar 70,4 persen memilih bekerja sebagai karyawan atau pegawai. Hal itu turut menyumbang angka pengangguran di Indonesia. Dengan demikian, lulusan perguruan tinggi yang menunggu bekerja sebagai pegawai atau karyawan cukup tinggi.1

Sedangkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur memberitakan keadaan ketenagakerjaan di Jawa Timur pada semester pertama tahun 2010 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 20,623 juta orang naik 284,9 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2009 dan naik 306,7 ribu orang dibanding keadaan Februari 2009.

Penduduk yang bekerja pada Februari 2010 bertambah sebanyak 306,484 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2009, dan bertambah 488,319 ribu orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2009). Jumlah penganggur pada Februari 2010 mengalami penurunan sekitar 21.562 orang jika dibanding keadaan Agustus 2009, dan mengalami penurunan 181,60 ribu orang jika dibanding keadaan Februari 2009. Tingkat Pengangguan Terbuka (TPT) di Jawa Timur pada Februari 2010 sebesar 4,91 persen, mengalami penurunan sebesar 0,17 persen dibanding TPT Agustus 2009 yang sebesar 5,08 persen, dan menurun sebesar 0,96 persen dibanding TPT Februari 2009 yang besarnya 5,87 persen. Peningkatan jumlah tenaga kerja serta penurunan angka pengangguran telah menaikkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,41 persen poin selama periode satu tahun terakhir.











Pada bulan Februari 2010, data di BPS Provinsi Jawa Timur juga menyebutkan para pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap tinggi yaitu sekitar 10,786 juta orang (55,00 persen), sedangkan jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan pendidikan Diploma hanya sebesar 318 ribu orang (1,62 persen) dan pekerja dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 892 ribu orang (4,55 persen).










Sejatinya, perguruan tinggi dalam hal ini perguruan tinggi agama Islam atau PTAI perlu menangkap peluang sebagai upaya kontribusi aktif terhadap sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing tinggi di dalam dunia global, dan mampu menandai munculnya sumber daya manusia dari PTAI yang kreatif, inovatif berbasis nilai-nilai syari’ah menjadi salah satu penopang sumber daya manusia yang unggulan.

Dan untuk membentuk sumber daya manusia berbasis nilai-nilai sya’riah di kalangan mahasiswa ini dimaksudkan untuk mengarahkan setiap mahasiswa di PTAI sebagai salah satu sumber daya manusia yang mahasiswa dan wirausahawan yang kreatif dan inovatif berlandaskan nilai-nilai syari'ah. Lebih lanjutnya, Allah Swt berfirman di dalam Al-Qur'an.

Surat Al-Jumu’ah ayat 10:

               

Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Surat Hud ayat 61:

                

Artinya: Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).

Dari dua ayat tersebut merepresentasikan bahwasanya agama Islam sebagai agama yang menekankan dengan kuat sekali tentang pentingnya pemberdayaan umat, maka Islam memandang bahwa berwirausaha merupakan bagian integral dari ajaran Islam.

Memasuki era yang semakin kompetitif seperti sekarang ini PTAI dihadapkan pada tantangan yang begitu pelik, terutama mutu lulusan dan kualitas PTAI itu sendiri. Selain itu PTAI juga dihadapkan pada persoalan untuk dapat mencetak tenaga sesuai dengan lapangan kerja termasuk kreatifitas untuk dapat menciptakannya. Untuk itu saat ini quality control dan quality assurance menjadi persoalan penting. Orientasi lebih kepada kualitas, bukan justru mencari kuantitas (jumlah) mahasiswa yang ujung-ujungnya adalah duit dan tidak boleh sembarang.2 Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan haruslah ditumbuhkan sebagai minat semangat membangun jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa perguruan tinggi agama Islam.

Dengan menumbuhkan budaya semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) di kalangan mahasiswa perguruan tinggi agama Islam agar supaya terjadi pencapaian keberhasilan di dalam memberi solusi terhadap problematika pengangguran terdidik yang terjadi dan peningkatan sumber daya manusia unggulan yang memiliki kecerdasan daya saing dalam menghadapi era globalisasi.

Oleh karena itu penulis tertarik atas semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) berbasis nilai-nilai syari'ah untuk meningkatkan sumber daya manusia unggulan di PTAI dalam menghadapi era globalisasi seperti yang penulis akan membahas melalui karya tulis ini.


  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan di atas rumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana membangun semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) mahasiswa PTAI berbasis nilai-nilai syari'ah?

  2. Bagaimana pembudayaan semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) mahasiswa PTAI berbasis nilai-nilai syari'ah?

  3. Bagaimana meningkatkan strategi sumber daya manusia (SDM) berbasis nilai-nilai syari’ah menghadapi era globalisasi?


  1. Tujuan Penulisan

Kegiatan penulisan ini dilakukan untuk menjadi peserta dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Se-Jawa. Juga ingin mengaktualisasikan hasil penulisan ini yang dapat digunakan sebagai pemecahan terhadap krisis SDM. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penulisan ini adalah:

  1. Mendeskripsikan semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) mahasiswa PTAI berbasis nilai-nilai syari'ah.

  2. Mendeskripsikan pembudayaan semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) mahasiswa PTAI berbasis nilai-nilai syari'ah.

  3. Mendeskripsikan strategi sumber daya manusia (SDM) berbasis nilai-nilai syari’ah menghadapi era globalisasi.


  1. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Sebagai bahan masukan bagi PTAI untuk secara serius menumbuhkan semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) berbasis nilai-nilai syari'ah terhadap mahasiswa untuk menjadi sumber daya manusia kreatif dan inovatif dalam menghadapi era globalisasi.

  2. Secara konseptual tentang jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) berbasis nilai-nilai syari'ah masih sangat terbatas, hasil dari penulisan ini diharapkan memberikan kontribusi riil dalam merumuskan nilai-nilai syari’ah yang berwawasan global untuk membangun daya saing SDM kreatif, arif dan inovatif di masa-masa yang akan datang.


  1. Sistematika Penulisan

Penulisan karya tulis ini disistematisir dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang memaparkan tentang temuan data dari BPS Jawa Timur tentang ketenagakerjaan, kemudian fokus dalam permasalahan penulisan dan dijawab dalam tujuan penulisan, diikuti manfaat penulisan. Dalam Bab I diakhiri sistemika penulisan.

Bab II ini membahas perspektif teori tentang entrepreneurship berbasis nilai-nilai syari'ah dengan pembudayaan dan karakteristiknya. Di samping itu, disampaikan juga teori motivasi dalam perspektif Islam dan pengembangan SDM dengan teori the law of harvest juga pengembangan SDM dengan manajemen qalbu.

Bab III membahas tentang metode penulisan yang berkenaan dengan pendekatan penulisan, yang kemudian dilanjutkan dengan sumber data penulisan, disertai dengan sasaran penulisan.

Bab IV membahas tentang analisis permasalahan berdasarkan data atau informasi dari rumusan masalah yang berkaitan dengan perspektif teori di telaah pustaka dengan menghasilkan solusi alternatif.

Bab V berisi kesimpulan implikasi teoritik jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) berbasis nilai-nilai syari'ah serta keterbatasan penulisan serta penyertaan lampiran-lampiran peserta.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


  1. Pengertian Entrepreneurship

Secara etimologi, entre berasal dari kata entrependere (bahasa Prancis) artinya sebuah usaha yang berani dan penuh resiko (sulit). Yang dimaksud dengan entrepreneur adalah orang yang mampu mengolah sumber daya yang ada menjadi suatu produk yang mempunyai nilai, mencari keuntungan dari peluang yang belum digarap orang lain.3

Menurut Peter F Drucker, mengatakan kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). Sedangkan menurut Thomas W Zimmerer bahwa kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).4

Sedangkan menurut Andrew J Dubrin, bahwasanya kewirausahaan adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).5

Louis Jacques Filion menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang dan membuat keputusan.6

Sejalan dengan pengertian di atas, entrepreneurship merupakan faktor yang penting dan cukup menentukan dalam pembangunan ekonomi. Untuk itu Joseph Schumpeter pernah berkata “economic growth is determined by the dynamic function of entrepreneurship, and this dynamic function Islam innovation”.7

Arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.8 Sejarah Islam mencatat bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) telah dimulai sejak lama, pada masa Adam AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha dengan bercocok tanam dan Qobil berwirausaha dengan menggembala hewan ternak. Banyak sejarah nabi yang menyebutkan mereka beraktivitas di kewirausahaan, sebagian dari mereka berwirausaha di sektor pertanian, peternakan, kerajinan dan bisnis perdagangan.

Pengertian lain tentang kewirausahaan (entrepreneurship) adalah segala aktivitas bisnis yang diusahakan secara perniagaan dalam rangka memproduksi suatau barang atau jasa dengan jalan tidak bertentangan dengan syariat. Kewirausahaan dianggap sebagai jihad fii sabilillah (strong efforts to do good things in the name of Allah), entrepreneur dianggap sebagai amal sholeh (good deeds) karena kegiatan entrepreneurship menyediakan pendapatan kepada individu, menawarkan kesempatan kerja kepada masyarakat, sehingga mengurangi kemiskinan. Entrepreneurship juga meningkatkan perekonomian masyarakat, dengan melakukan kebajikan melalui entrepreneurship, akan mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antara individu dan individu serta akan membantu menjaga hubungan yang lebih baik antara individu dengan Tuhannya. Meningkatkan kualitas hidup, hidup lebih nyaman menguatkan kedudukan socio-econimic negara, agama dan bangsa. Membantu mengembangkan khairun ummah (masyarakat terbaik, yang produktif dan maju (progreessive). Contoh yang paling nyata adalah Nabi Muhammad SAW, awalnya beliau terlibat di bisnis dengan memelihara dan menjual domba, kemudian membantu bisnis pamannya dan akhirnya mengatur bisnis saidatina khadijah.9


  1. Jiwa Entrepreneurship dengan Nilai-Nilai Syari’ah

  1. Budaya Wirausahawan Muslim

Budaya wirausahawan muslim bersifat manusiawi dan religius, serta memiliki spesifikasi tersendiri dibanding dengan budaya usaha atau profesi lainnya yang tidak menjadikan pertimbangan agama sebagai landasan kerja.10

Karakter dan kepribadian yang dibentuk secara berkelanjutan, bukan hanya untuk sesaat atau untuk dirinya sendiri, atau orang sesamanya. Tetapi juga untuk jangka yang lebih yang panjang, bagi generasi-generasi sesudahnya. Bukan hanya diusahakan berjalan secara baik pada masanya, namun juga sesudahnya. Dan telah diterangkan di banyak hadis dan ayat-ayat Al-Qur'an yang menyebutkan, antara lain yaitu:

Bekerjalah kamu untuk dunia seolah-olah engkau hidup selama-lamanya, dan bekerjalah kamu untuk akhirat, seolah-olah kamu akan mati esok hari.” (HR. Bukhari).

Sekiranya kamu tahu bahwa engkau akan mati esok hari, silakan kamu menanam kurma hari ini.” (HR. Turmudzi).

Surat Al-mu’minuun ayat 8:

     

Artinya: dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

  1. Karakteristik Wirausahawan Muslim11

Dalam berbagai ayat dan hadis, ditemukan bahwa karakter seorang wirausahawan muslim akan terlihat dalam kaitannya dengan delapan hal:

  1. Motif atau niat dalam melaksanakan usaha.

  2. Pandangan terhadap status.

  3. Pandangan terhadap siapa yang harus dilayani.

  4. Sikap terhadap sistem.

  5. Sikap terhadap pelaksanaan kerja.

  6. Sikap terhadap kesalahan atau kegagalan.

  7. Keahlian dan skill.

  8. Karakter dan profesionalitas.

Dari delapan hal tersebut, Rasulullah Saw menyebutkan bahwa nilai dari suatu pekerjaan dilihat dari kualitas niat itu sendiri. (Al-Hadis). Dalam Al-Qur'an dijelaskan dalam surat Al-Dzariyat ayat 56:

      

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.


  1. Motivasi dalam Perspektif Islam

  1. Motivasi Fisiologis

Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai dengan fungsi-fungsinya. Di antara ciri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan hewan dan manusia adalah motivasi fisiologis.

Studi-studi fisiologis menjelaskan adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia untuk menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan lenyap, maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula. Aktivitas ini bertumpu pada dasar fisiologis, di luar keinginan manusia. Misalnya, tubuh berkeringat bila udara sangat panas. Seseorang menangis bila tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa.12

Pemikiran tentang keseimbangan yang dikemukakan para ilmuan modern ini, telah dikupas Al-Qur'an empat belas abad silam. Dalam surat Al-Hijr ayat 19:

           

Artinya: Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.

Surat Al-Qamar ayat 49:

     

Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Setiap makhluk hidup diciptakan dengan cara dan ukuran tertentu sehingga mencapai tingkat keseimbangan ideal. Jika keseimbangan ini mulai tak serasi, maka motivasi-motivasi fisiologis akan melakukan aktivitas yang pasti mengembalikan tubuh kepada keadaan semula yaitu keseimbangan.

  1. Motivasi Psikologis atau Sosial

Para pakar psikologi modern berpandangan bahwa keberadaan motivasi-motivasi psikologis kebanyakan bukan melalui pemberian sejak lahir. Ia merupakan haril proses interaksi dengan berbagai pengalaman, faktor lingkungan, dan kebudayaan.

Menurut A. Maslow, ada dua jenis motivasi atau kebutuhan, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan spiritual. Kebutuhan primer menerangkan bahwa sesungguhnya individu itu saling melengkapi dan sistemik. Klasifikasi manusia harus mengikuti tujuan manusia, tidak hanya didasarkan pada dasar motif-motif tuntutan primer biologis saja. Jelas bahwa posisi yang dapat diperjuangkan individu di lingkungannya harus diletakkan secara proporsional pada tingkat perumpamaan.

Adapun kebutuhan-kebutuhan primer bagi manusia adalah:13

  1. Kebutuhan fisiologis.

  2. Kebutuhan terhadap rasa aman dan keselematan.

  3. Kebutuhan terhadap afiliasi, cinta, dan kegiatan sosial.

  4. Kebutuhan terhadap pengakuan, penghargaan, dan kedudukan.

  5. Kebutuhan terhadap aktualisasi diri.

A. Maslow menambahkan kebutuhan spritiual meliputi keadilan, kebaikan, keindahan, kesatuan, dan ketertiban. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan fitri yang pemenuhannya sangat tergantung pada kesempurnaan pertumbuhan kepribadian dan kematangan individu. Pada dasarnya manusia memiliki potensi baik dan buruk. Kepribadian manusia terbuka ketika ia mengalami kematangan dan potensi kebaikannya tampil dalam bentuk yang lebih jelas.14


  1. Pengembangan SDM dengan Teori The Law of Harvest

Barang siapa menabur pasti menuai, dan barang siapa menanam pasti akan mengetam, seperti kalam ’Arabi, ”man yazra’ yahsud”. Adagium ini sudah sangat populer, dengan pesan moral: pikirkan dan kerjakan segala sesuatu yang baik dengan baik, maka segala sesuatu (semesta) akan mengikutinya. Tanam dan taburlah kebaikan di mana saja dan kepada siapa saja dengan ikhlas, tanpa harus berharap imbalan. Termasuk kebaik berkarya dan bekerja kepada perusahaan tempat kita mengabdi selama ini. Karena Allah Swt tidak tidur, Maha Melihat, Maha Adil, dan Maha Bijaksana.15

Ada dua hal prinsip yang semestinya dipahami di dalam hukum tabur tuai. Yaitu:

  1. ketika sedang menabur atau menanam pada aktivitas kerja, maka adanya time response (jarak waktu tertentu) diperlukan untuk memahami hukum tabur tuai ini.

  2. Survive (bertahan) di sela-sela menanam pada aktivitas kerja.

Dengan kedua prinsip tersebut maka ada hakekat keseimbangan menuturkan, memberi sama dengan menerima, pemberi terbaik biasanya juga akan menjadi penerima terbaik, karena prinsip hidup sebenarnya adalah memberi bukan menerima. Demikian halnya di dunia kerja, kerjakan dan berikan kontribusi terbaik kepada perusahaan tempat bekerja tanpa harus berharap imbalan kenaikan gaji atau bonus misalnya. Tak perlu berharap, sebab dengan bekerja yang ikhlas maka akan ada nilai-nilai tambah secara otomatis.


  1. Pengembangan SDM dengan Manajemen Qalbu

Melihat pentingnya pembinaan terhadap sumber daya manusia unggulan, maka sangat diperlukan pula yang harus diperhatikan dalam usaha pengembangan kepribadian setiap sumber daya manusia yaitu dengan menfungsikan manajemen qalbu. Pada diri manusia yang menjadi sentral dalam kaitannya dengan aktivitas kehidupan adalah qalbu. Qalbu dalam makna etimologi adalah jantung, sedangkan secara etimologi adalah hati nurani.

Manajemen qalbu dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia dapat dipahami sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk mendayagunakan qalbu yang tersucikan atau tercairkan dalam meningkatkan kualitas dan jati diri pada manusia. Sehingga terciptalah semangat hidup untuk terus kreatif, cerdas, jujur dan amanah.

Qalbu memiliki kesadaran intelektual, kesadaran moral, kesadaran estetika, kesadaran religius, dan mencerdaskan hawa nafsu. Apabila kesadaran itu dapat dibina dengan baik melalui ibadah, zikir, maka akan melahirkan lima kecerdasan, dan penulis lebih merumuskan dengan dua kecerdasan terpenting yaitu:16

  1. Kecerdasan moral

Pada kecerdasan ini, akan dapat mengenal baik dan buruk, jujur dan khianat, santun dan kasar. Dan berperan meningkatkan akhlaqul karimah untuk menjadikan sumber daya manusia unggulan.

  1. Kecerdasan spritiual

Pada kecerdasan ini, akan dapat mengenali yang sacral dan profan, yang ritual dan kultural, yang transcendental dan natural. Berperan untuk meningkatkan meningkatkan keselarasan dan kesemarakan beragama, dan menegakkan nuansa Islam dalam lingkungan sumber daya manusia individu antar perusahaan.



BAB III

METODE PENULISAN

  1. Pendekatan Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan pendekatan studi kasus bertipe studi kasus tunggal (single-case study), serta menggunakan salah satu dari tiga bagian Grand Metode yaitu Library Research, ialah penelitian yang didasarkan pada literatur atau pustaka. Yakni penelitian terhadap bahan-bahan tertulis, seperti buku, dokumen, majalah, surat, kabar dan lain-lain. Ditinjau dari bidang ilmu, pendekatan penulisan ini berada dalam bidang ilmu Social Sciences Research atau penelitian ilmu-ilmu sosial. Seperti penelitian bidang Sosiologi, Psikologi, Ekonomi, Sejarah, Antropologi, Geografi, Bahasa dan lain-lain.17


  1. Sumber Data Penulisan

Sumber data yang diperoleh berupa dokumen yang menyimpan catatan dan informasi yang penting bagi objek penulisan karya tulis yang sedang dilakukan18, yakni literatur atau bahan-bahan kepustakaan. Metode penggalian data yang utama digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah dokumen-dokumen atau literatur atau bahan-bahan pustaka.


  1. Sasaran Penulisan

Obyek atau sasaran dalam penulisan ini adalah mahasiswa PTAI dan SDM yang memiliki semangat kewirausahaan.



BAB IV

PEMBAHASAN


  1. Membangun Semangat Jiwa Kewirausahaan (entrepreneurship) Mahasiswa PTAI Berbasis Nilai-Nilai Syari’ah

Kompetisi berwirausaha dapat dikaitkan pula dengan mendukung sepenuhnya terhadap pola pendidikan yang ada di perguruan tinggi agama Islam (PTAI) selama ini.

Pendidikan yang sebagaimana tersebut adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship, ialah jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan, adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum yang terintegrasi yang dikembangkan.19

Dan pendidikan kewirausahaan tersebut sebagai pembentukan karakter di setiap mahasiswa di perguruan tinggi agama Islam atau PTAI, sehingga dapat menjadi sesosok yang mampu mengatasi segala problematika yang terjadi sekarang ini di dalam perekonomian Indonesia.

Oleh karena itu, pendidikan entrepreneurship pada mahasiswa PTAI haruslah benar-benar ditanamkan. Sebab untuk bisa melakukan persaingan di era globalisasi, bukanlah tidak mungkin mahasiswa di PTAI bisa bersaing dan dapat menjadi pemacu semangat menumbuhkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, berwawasan arif dan santun.

Sebagaimana Thomas W Zimmerer yang menyebutkan bahwasanya kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).

Apa yang disebutkan oleh Thomas W Zimmerer sangat mendukung terhadap semangat kewirausahaan yang akan ditumbuhkan oleh mahasiswa PTAI. Semangat jiwa kewirausahaan ini dibumikan untuk mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di PTAI dengan berbagai macam ilmu pendidikan kewirausahaan.

Sebuah data di BPS Jawa Timur menyebutkan pada bulan Februari 2010, para pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih tetap tinggi yaitu sekitar 10,786 juta orang (55,00 persen), sedangkan jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan pendidikan Diploma hanya sebesar 318 ribu orang (1,62 persen) dan pekerja dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 892 ribu orang (4,55 persen).

Data tersebut menginformasikan bahwa sumber daya manusia yang menjadi pekerja dengan pendidikan tinggi masih relative kecil, di mana dalam pendidikan Diploma ada 318 ribu orang atau 1,62 persen dan pendidikan Sarjana ada 892 ribu atau 4,55 persen. Artinya masihlah minim sumber daya manusia yang memiliki etos semangat menjadi pribadi yang unggul.

Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah pemenuhan terhadap langkah-langkah utama menumbuhkan semangat jiwa kewirausahaan tersebut, seperti meletakkan kategori karakteristik wirausahawan muslim. Karakteristik wirausahawan muslim ini harus dispesifikan kepada mahasiswa. Dimana mahasiswa harus menjadi pribadi tangguh di dalam menghadapi hal-hal yang negatif.

Utamanya menumbuhkan motivasi atau niat yang hendak dilakukan pertamakali, tanpa memandang segala sesuatunya dengan statusnya, siap melayani, patuh terhadap sistem, segera melaksanakan instruksi untuk bekerja, tidak takut terhadap kegagalan, mempelajari keahlian, serta profesional di dalam segala hal. Itulah nantinya, yang memberikan output sumber daya manusia yang benar-benar diharapkan.

Kemudian, motivasi dari setiap individu benar-benar tercipta sebagai makhluk hidup yang dengan cara dan ukuran tertentu yang mampu mencapai tingkat keseimbangan ideal. Jika keseimbangan ini mulai tak serasi, maka motivasi-motivasi fisiologis akan melakukan aktivitas yang pasti mengembalikan tubuh kepada keadaan semula yaitu keseimbangan.

Karena motivasi itu sangat penting, apa yang didefinisikan oleh A. Maslow tentang motivasi psikologi atau sosial, yang salah satunya adalah kebutuhan spritiual meliputi keadilan, kebaikan, keindahan, kesatuan, dan ketertiban. Kebutuhan spiritual yang merupakan kebutuhan fitri dan pemenuhannya sangat tergantung pada kesempurnaan pertumbuhan kepribadian dan kematangan individu.

Jadi, yang harus diperhatikan untuk membangun semangat jiwa kewirausahaan pada mahasiswa PTAI adalah menjadikan kebutuhan spiritual yang ada di dalam motivasi psikologi sebagai kesatuan yang penting. Sehingga ketika membangun semangat jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa PTAI tidak saja terlingkup dalam pemenuhan hal bersifat keduniawian namun berbasis nilai-nilai syari’ah. Kepercayaan terhadap spiritualitas kerja inilah yang sesungguhnya menjadi pendorong semangat jiwa kewirausahaan pada mahasiswa PTAI berbasis nilai-nilai syari’ah.


  1. Pembudayaan Semangat Jiwa Kewirausahaan (entrepreneurship) Mahasiswa PTAI Berbasis Nilai-Nilai Syari’ah

Terbentuknya semangat jiwa kewirausahaan pada mahasiswa PTAI tidak terlepas dari adanya kepribadian berkarakter wirausahawan muslim dan daya ungkit motivasi yang tidak dominan terhadap kebutuhan materi saja, melainkan kebutuhan spiritualitas.

Dan untuk memelihara semangat jiwa kewirausahaan mahasiswa PTAI dilakukan dengan pembudayaan terhadap kondisi atau lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga produktifitas pada mahasiswa tetap efisien dan efektif di dalam menghasilkan perilaku yang arif, dan berbasiskan nilai-nilai tambah dari spiritualitas kerja.

Merujuk pada sebuah hadis; “Bekerjalah kamu untuk dunia seolah-olah engkau hidup selama-lamanya, dan bekerjalah kamu untuk akhirat, seolah-olah kamu akan mati esok hari.” (HR. Bukhari). Dan hadis lainnya,“Sekiranya kamu tahu bahwa engkau akan mati esok hari, silakan kamu menanam kurma hari ini.” (HR. Turmudzi).

Hadis tersebut merepresentasikan bahwa penciptaan budaya yang bernilai syari’ah tidak semata-mata mengakui spiritualitas, ataupun mereduksi nilai-nilai keagamaan melainkan menghubungkan antara semangat dan motivasi dengan penciptaan budaya yang memiliki visi dan misi yang jelas.

Di dalam pembudayaan ini, mahasiswa PTAI sebaiknya mengidentifikasi lagi karakter dan kepribadiannya secara tahap demi tahap. Dan pada tahap awal ini, mahasiswa PTAI membuka usaha dan membangun suasana kondusif seolah-olah sudah berada dalam lingkungan pekerjaan yang penuh tekanan, dibarengi dengan suasana kerja yang dijumpainya lebih pada penekanan ingin memberi mashlahah atau kebaikan antar diri sendiri, antar individu dan terhadap usaha yang dijalani.

Di tahap kedua, budaya yang dibangun adalah penerapan profesionalisme terhadap kerja yang islami yang baik dan terbentuk di dalam internalisasi mu’amalah islamiyah. Seperti yang diisyaratkan di dalam Al-Qur'an, surat al-mu’minuun ayat 8.

Tahap ketiga, pembiasaan terhadap 5 S yaitu; salam, senyum, santun, sopan, sempurna. Dengan 5 S tersebut, maka setiap pekerjaan akan terasa ringan. Lebih khusus di dalam mencitrakan diri pada saat beraktifitas.

Dari tiga tahap tersebut, upaya membangun pembudayaan semangat jiwa kewirausahaan yang baik berbasis nilai-nilai syari’ah akan terwujud. Karena dengan tiga tahap inilah yang senantiasa menjadikan diri mahasiswa dapat meneguhkan bahwasanya apa yang telah dilakukan mampu meningkatkan produktifitas yang semakin baik. Inilah pembudayaan yang mampu mengatasi krisis, dari krisis mental sampai krisis manajerial di lini usaha.

  1. Meningkatkan Strategi Sumber Daya Manusia (SDM) Berbasis Nilai-Nilai Syari’ah Menghadapi Era Globalisasi

Genderang perdagangan bebas tahun 2010 sudah ditabuh. Setelah Perjanjian perdagangan bebas atau free trade agreement antara China dan 10 negara anggota perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diteken pada 29 November 2004 di Laos. Dengan perdagangan bebas, segala macam bentuk terkait perekonomian dan sebagainya dapat leluasa masuk ke dalam negeri hingga membanjiri pasar sekaligus menguasai perdagangan di Indonesia, hal ini dapat saja terjadi jika stakeholder atau pemimpin tidak segera menindak, meningkatkan sumber daya manusia unggulan untuk bersaing di kancah globalisasi ini.

Untuk dapat survive atau bertahan dalam era perdagangan bebas, seharusnya negara memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas, kreatif, inovatif, dan juga berlatar belakang pendidikan kewirausahaan berbasis nilai-nilai syari’ah. Inilah pentingnya posisi dan peranan sebuah pendidikan kewirausahaan. Sebab melalui metode pendidikan kewirausahaan, semangat jiwa kewirausahaan di setiap individu dapat menghasilkan sumber daya manusia unggulan, tangguh, dan berkarakter.

Perguruan tinggi agama Islam atau PTAI agar ikut serta dalam memberi kontribusi yang berarti untuk menyiapkan SDM yang siap hidup bertahan dan memanfaatkan peluang dari era globalisasi ini yakni dengan mengimplementasikan teori the law of harvest dengan semangat jiwa kewirausahaan.

Hubungan teori the law of harvest dengan semangat jiwa kewirausahaan berbasis nilai-nilai syari’ah berarti upaya meningkatkan etos kerja seseorang di dalam menumbuhkan rasa optimisme dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang telah ditanamnya, maka ketika hendak dituai atau dipanen akan memberikan hasil yang memuaskan.

Syarat yang harus diperhatikan untuk meningkatkan SDM berbasis nilai-nilai syari'ah ini yaitu:

  1. Menunjukkan profesionalisme terhadap aktivitas kerjanya, dengan memahami adanya time response (jarak waktu tertentu) di dalam hukum tabur tuai. SDM ini tidak segera meminta hasil, melainkan berproses seiring pembelajaran yang dilaluinya.

  2. Setiap detiknya peluang akan selalu ada, SDM yang handal dengan dasar syari’ah melihat peluang sebagai tantangan, dan ketika peluang mampu diraihnya. Selanjutnya adalah survive (bertahan) di sela-sela menanam kehidupan pada peluang itu. Memang, tidak semudah yang dibayangkan, walaupun demikian, syarat untuk menjadi SDM unggulan yang responsif harus bertahan pada setiap apapun tantangannya.

Dengan teori the law of harvest ini dampak positif yang ditimbulkan adalah:

  1. SDM di PTAI dapat merebut pasar dalam negeri dan pasar luar negeri

  2. SDM di PTAI dapat mengutamakan mutu yang memadai dan memenuhi standar permintaan masyarakat internasional.

  3. SDM di PTAI dapat dengan jeli melihat peluang di setiap lini perekonomian.

  4. SDM di PTAI dapat melaksanakan program pendidikan dengan semangat jiwa kewirausahaan yang berwawasan global dan berkepribadian lokal.

Setelah mampu mengimplementasikan teori the law of harvest di dalam meningkatkan SDM berbasis nilai-nilai syari’ah. Selanjutnya, menfungsikan manajemen qalbu. Sebab SDM yang unggul akan meletakkan kepuasan spiritual di atas kepuasan intelektual.

Apalagi, kecerdasan di manajemen qalbu sangat kompleks. SDM yang bersangkutan harus mengetahui kecerdasan mana yang dipakainya. Maka yang harus dipakai di dalam meningkatkan etos semangat jiwa kewirausahaan berbasis nilai-nilai syari’ah ini yaitu kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual.

Dua kecerdasan ini dapat menjaga sisi positif SDM untuk mempertahankan nilai-nilai syari’ahnya sehingga langkah-langkah yang telah ditetapkan tidak keluar jalur. Dimana sikap kemandirian, wawasan global, profesional di bidangnya sebagai pendekatan dan penilaian standar bahwa SDM yang berbasis nilai-nilai syari’ah itulah yang siap untuk menjadi daya saing unggulan, produktif, kreatif dan inovatif di era globalisasi.

Daya saing di dalam globalisasi mencakup Dan budaya muamalah islamiyah menjadi penopang dalam kepribadian SDM.

Penerapan the law of harvest (hukum tabur tuai), teori hukum tabur tuai ini sebagai nilai kuantitas dari hasil yang dibangun. Kemudian, peranan manajemen qalbu harus dominan di dalam mengambil keputusan di pasar. Sampai lahirlah motivasi atas semangat jiwa kewirausahaan berbasis nilai-nilai syari’ah.

Maka konsep model untuk membangun SDM PTAI dengan semangat jiwa kewirausahaan berbasis nilai-nilai syari’ah yang memiliki daya saing dan memiliki kemampuan menghadapi era globalisasi terbentuk sebagaimana berikut:

Tabel 3

Strategi Meningkatkan SDM PTAI dengan Semangat Jiwa Kewirausahaan Berbasis Nilai-Nilai Syari’ah






BAB V

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan tentang daya saing SDM PTAI dengan semangat jiwa kewirausahaan berbasis nilai-nilai syari’ah di era globalisasi sebagaimana berikut:

  1. Di dalam membangun semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) mahasiswa PTAI berbasis nilai-nilai syari’ah terpenting dengan menjadikan kebutuhan spiritual sebagai kepercayaan untuk menjadi pendorong semangat jiwa kewirausahaan.

  2. Dalam pembudayaan semangat jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) harus memiliki karakteristik seorang wirausahawan muslim, dan selalu mengaplikasikan 5 S di dalam beraktifitas yaitu: salam, senyum, sopan, santun, dan sempurna.

  3. Dalam meningkatkan strategi sumber daya manusia (SDM) berbasis nilai-nilai syari’ah menghadapi era globalisasi, maka yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan teori the law of harvest dengan semangat jiwa kewirausahaan serta menfungsikan manajemen qalbu dengan kecerdasan moral dan spiritual.


  1. Saran

Adapun saran yang penulis sampaikan sebagaimana berikut:

  1. Kepada PTAI, untuk segera memberdayakan mahasiswa menjadi SDM kreatif, inovatif berbasis nilai-nilai syari’ah dan memasukkan semangat jiwa kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikannya.

  2. Kepada perusahaan konvensional dan syari’ah, sebaiknya menyerap tenaga kerja lokal dan memberikan ruang lulusan PTAI sebagai tenaga kerja yang tak kalah kualitas dan kuantitas dengan penerapan teori the law of harvest dan memfungsikan manajemen qalbu.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim. Jumlah Pengangguran Terdidik Masih Banyak. Kamis 21 Januari 2010. (http://www.infokerja-jatim.com/index.php) diunduh pada 6 Mei 2010

Anonim., Melihat Prospek PTAI Ke Depan:Tuntutan, Tantangan, Dan Kesempatan (Refleksi Diri Atas Reposisi PTAI) (http://www.ditpertais.net) diunduh 3 Mei 2010

Anonim., Definisi Entrepreneurship (http://mdianapriyanto.wordpress.com) diunduh 5 Mei 2010

Anonim., Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) menurut Para Ahli. (http://putracenter.wordpress.com) diunduh 2 Mei 2010

Anonim., Definisi Wirausaha (http://www.pengusahamuslim.com) diunduh 2 Mei 2010

Dhofir, Syarqawi., 2000. Pengantar Metodologi Riset Dengan Spektrum Islami. Iman Bela, Sumenep.

Fauzan, Fauzi (Ed.)., 2006. Islamic Business Strategy for Entrepreneurship, Bagaimana Menciptakan dan Membangun Usaha yang Islami. Zikrul Media Intelektual. Jakarta.

Hafidhuddin, Didin dan Tanjung, Hendri., 2003. Manajemen Syari’ah dalam Praktik. Gema Insani Press, Jakarta.

Huda, Misbahul., 2009. Mission Ini Possible Spritiualitas Kerja Menggapai Cita. QUM! JP Books, Surabaya.

Izzad, Ahmad dan Tanjung, Syahri., 2006. Referensi Ekonomi Syari’ah Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berdimensi Ekonomi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Kasmir., 2006. Kewirausahaan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Mursi, Abdul Hamid., 1985. Asy Syakhsiyatul Muntajah. Maktabah Wahbah, Mesir, Moh. Nur Hakim, terj. 1999. SDM yang Produktif Pendekatan Al-Qur'an dan Sains. Gema Insani Press, Jakarta.

Nurrahman, Arif., Entrepreneurship Dalam Perspektif Islam., 10 Juni 2009 (http://ipo.lab.uii.ac.id/) diunduh 6 Mei 2010

Naqvi, Syed Nawab Haider., 1994. Islamic Economics, and Society. Kegan Paul International. London and New York. Anam, M. Saiful dan Ufuqul Mubin, Muhammad., terj. 2003. Menggagas Ekonomi Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


1Anonim. Jumlah Pengangguran Terdidik Masih Banyak. Kamis 21 Januari 2010. (http://www.infokerja-jatim.com/index.php) diunduh pada 6 Mei 2010

2Anonim., Melihat Prospek PTAI Ke Depan:Tuntutan, Tantangan, Dan Kesempatan (Refleksi Diri Atas Reposisi PTAI) (http://www.ditpertais.net/swara/no10.asp) diunduh 3 Mei 2010

4Kasmir, SE., M.M, Kewirausahaan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada:2006), hlm 17

5Anonim., Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) menurut Para Ahli. (http://putracenter.wordpress.com/2008/12/23/definisi-kewirausahaan-entrepreneurship-menurut-para-ahli/) diunduh 2 Mei 2010

7Ahmad Izzan, M.Ag dan Syahri Tanjung, S.Ag., Referensi Ekonomi Syariah, Ayat-Ayat Al-Qur'an yang Berdimensi Ekonomi. (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 45.

8Kasmir, SE., M.M, op. cit., hlm. 16

9Anonim, Entrepreneurship dalam Islam, (http://omahkeong.blogspot.com/2009/12/entrepreneurship-dalam-islam.html), diunduh 2 Mei 2010

10 Fauzi Fauzan (Ed.) Islamic Business Strategy for Entrepreneurship, Bagaimana Menciptakan dan Membangun Usaha yang Islami. (Jakarta:Zikrul Media Intelektual, 2006), hlm 24-25

11Ibid., hlm 29

12Abdul Hamid Mursi, Asy Syakhsiyatul Muntajah. (Mesir:Maktabah Wahbah, 1985), Moh. Nur Hakim, terj. SDM yang Produktif Pendekatan Al-Qur'an dan Sains. (Jakarta:Gema Insani Press). Hlm 103-104

13A. Maslow, “A Theory of Motivation” dalam psychological Rev., 50, 1943, hlm 370-396 dalam Ibid., Abdul Hamid Mursi, hlm 92

14 Ibid., hlm 113

15Misbahul Huda, Mission Ini Possible Spritiualitas Kerja Menggapai Cita. (Surabaya: QUM! JP Books, 2009)., hlm 21-22

16 Fauzi Fauzan (Ed.), op.cit., hlm 24-25

17Syarqawi Dhofir, Pengantar Metodologi Riset Dengan Spektrum Islami. (Sumenep, Iman Bela, 2000), hlm 4.

18Ibid., hlm 36

19Arif Nurrahman, Entrepreneurship Dalam Perspektif Islam., 10 Juni 2009 (http://ipo.lab.uii.ac.id/) diunduh 6 Mei 2010

(dapat dilihat di http://simbemuns.webs.com/)

Rabu, 16 Juni 2010

Lebaran untuk Semua

BARU-BARU ini Menteri Agama RI Maftuh Basyuni memperkirakan bahwa Lebaran tahun ini akan bersama-sama dan dapat diikuti oleh semua golongan. Jika perkiraan tersebut jadi kenyataan, itu menjadi kabar gembira bagi umat Islam di Indonesia.

Saya pun merasakan bahwa memang sudah saatnya Hari Raya Idul Fitri 1430 H/2009 M bisa menyatukan semua individu di sejumlah aliran yang berdiri di negeri ini. Mudah-mudahan perkiraan tersebut sebagai kado Lebaran yang terindah buat kita semua. Semoga!
dipublikasikan di Jawa Pos,
sumber ; http://www.jawapos.com/utama/index.php

Unas Ulang No, Kejar Paket Yes

Rencana unas ulang yang sempat digagas pemerintah menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia setengah-setengah dalam memberikan sanksi kepada siswa. Padahal adanya unas adalah alat untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam belajar mengajar. Tapi faktnya unas telah dijadikan alat mengejar kelulusan saja.

Saya setuju bila sanksi yang diberikan kepada siswa adalah mengikuti Kejar Paket, ujiannya mudah dan itu lebih baik daripada unas ulang. Karena unas ulang justru memperburuk citra pendidikan. Ingatlah pendidikan kita sudah buruk. Seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Lantas mengapa kita selalu ingin jatuh di lubang yang sama?

Pesan Moral Perempuan Madura

Dalam era globalisasi ini perempuan Madura perlahan-lahan mulai mengubah prinsip-prinsip sebuah tradisi. Bukan semata-mata alasan ingin mengumbar bentuk kemewahan dari perempuan Madura, seperti yang dirasakan sekarang ini. Diyakini ada sebuah pesan yang hendak disuarakan oleh perempuan Madura. Kultur budaya lokal telah tercampuri budaya barat. Modernitas tampil dengan membikin perlawanan terhadap perilaku perempuan Madura.

Bentuk-bentuk perlawanan itu, perempuan Madura menelanjangi dirinya, memberontak keluar dari pusara budaya nenek moyangnya. Dan salah satunya dengan melancong ke luar Madura menjadi mahasiswi di perguruan tinggi seperti ITS (Institute Teknologi Surabaya), Universitas Brawijaya, Malang, Universitas Airlangga dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Perempuan Madura seperti memboikot prinsip-prinsip tradisi tersebut. Rasa keingintahuan, memakai lifestyle ala perempuan Jakarta atau Jakarta oriented merupakan penyebab perempuan Madura sudah memodernisasi Maduranya sendiri.

Dulu, tradisi yang lekat dijunjung tinggi adalah perempuan Madura tidak perlu mengecap pendidikan terlalu tinggi, disadari karena ujung-ujungnya perempuan Madura menjadi pelaku di kasur, dapur, dan sumur. Namun, perempuan Madura modern membuang jauh-jauh status tersebut. Karena itu semua dinilai tidak cocok dengan pencapaian tujuan dari perempuan Madura yang modernis. Jelas, bahwa perempuan Madura tidak ingin dianggap perempuan kolot, bodoh, dan membosankan. Bagi mereka, di luar Madura jauh lebih impresif, agresif, dan menjadi sumber inspirasi untuk berkembang. Tidak melulu dijadikan bagian dari kekuasaan lelaki dan ketakadilan budaya.

Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Entah seseorang kaya atau miskin, atau dalam keadaan ekonomis yang sedang, dari segi martabatnya tidak ada perbedaan dan akibatnya ia tidak boleh diperlakukan dengan cara yang berbeda. (K. Bertens, 2000:72).

Diakui secara moralitas, ada dampak positif yang timbul dari perlawanan perempuan Madura ketika melanjutkan pendidikannya. Tentunya, mereka mencapai kesuksesan gelar akademis, mendapat pengalaman yang berbeda, dan berkualitas di ranah intelektualitas.

Adapun dampaak negatifnya, ditinjau dari fashionable atau cara berpakaian perempuan Madura tidak sejalan dengan pelaksanaan norma keagamaan. Perumpamaannya, gaya perempuan Madura sekarang ini telah tercampuri gaya perempuan Jakarta, rok mini, sepatu high heels, rambut terburai tanpa kerudung, baju ukuran kecil semakin membanjiri perempuan Madura yang tidak mampu ditolak keberadaannya.

Apa yang dianggap sebagai serangan teknologi modern? Banyaknya perempuan Madura menghilangkan identitas ke-Madura-annya ketika menduduki tanah di luar Madura. Seolah-olah perempuan Madura yang hijrah ke luar Madura merasa malu, dan takut terhadap cemoohan teman-teman.

Dengan hal itu, sebenarnya perempuan Madura juga telah meninggalkan upacara tradisi fase kehidupan, dimana di tiap upacara itu menandakan bahwasanya manusia itu telah layak memasuki fase kehidupan selanjutnya. Contohnya, sebelum melakukan hubungan intim seharusnya melakukan pernikahan. Tapi dalam konteks perempuan Madura sekarang etika yang dibangun melebihi batas dari tembok keagamaan. Sehingga married by accident atau kehamilan pra nikah menjadi kompetisi antar perempuan Madura.

Kenapa perempuan Madura lebih suka bertelanjang ria ke dalam pusara budaya barat? Bagaimana membendung perempuan Madura yang memodernisasi Madura sebagai Batam-nya Jawa Timur? Dalam budaya dan etika di Madura, tidak ada perempuan yang tak beretika dalam bentuk apapun. Sebab timbulnya perlawanan ini karena perempuan Madura belum menemukan perguruan tinggi yang layak dan kompetitif.

Sejauh ini, perempuan Madura tertarik kepada perguruan tinggi yang maju. Akses kebutuhan dan keinginan yang mudah didapatkan. Tingkat ekonomisnya dapat dijangkau. Segalanya terpenuhi, yang menggambarkan sisi keperempuanannya.

Modernisasi Madura

Madura boleh dimodernisasi tapi tetap berpegang pada prinsip-prinsip tradisi. Madura menjadi pulau garam, pulau pendidikan, pulau para ulama’, pulau pesantren dan pulau budaya. Di Madura ini tidak ada lagi diskriminasi pendidikan. Dan Madura harus mendirikan lembaga pendidikan yang setara perguruan tinggi di kota Surabaya, Malang, dan Yogyakarta. Apakah perempuan Madura semuanya menginginkan demikian? Jika perguruan tinggi itu terwujud, dalam kondisi tersebut, perempuan Madura akan jauh lebih salafi, menjunjung prinsip-prinsip tradisi, dan perempuan Madura akan terkontrol etikanya dan masyarakat akan mendukung anak-anak perempuannya menjadi sarjana akademisi.

Jika nantinya perempuan Madura harus memilih. Paling tidak, perempuan Madura tidak hanya pelaku di kasur, memasak di dapur, atau mengambil air di sumur. Sebab sesuai pendidikan dan keterampilan yang telah dimiliki menjadikan dirinya sebagai perempuan yang benar-benar mampu menempatkan posisi, ketika potensi itu tetap dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Demikian sebuah pesan moral dari perempuan Madura saat ini. (*)

tulisan ini telah dipublikasikan di Radar Madura (Jawa Pos Group)


Kiat Orangtua Mendidik Karakter Anak

Di dalam pendidikan yang bermartabat semestinya tercipta makna dan nilai yang bermanfaat di sekitarnya, mampu memberi pemahaman kependidikan dan implementasinya dengan baik berorientasi terhadap pembentukan keutuhan nilai-nilai perilaku ataupun karakter bagi individu sebagai perubahan dan kemajuan yang mendidik. Sebagaimana dalam firman Allah Swt Al-Qur'an “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar...” (At-Tahrim:6).

Dewasa ini, seringkali kita melihat realitas di depan mata bahwa masih terjadi orangtua abai menanamkan benih sebuah nilai yang berpendidikan kepada anak, seorang guru yang seharusnya digugu dan ditiru justru berbuat amoral dan asusila kepada anak didiknya, yang paling menyedihkan adalah terungkapnya seorang anak kecil bertingkah layaknya orang dewasa dan hal ini sangat tidak wajar, setiap hari tidak luput mengumpat kata-kata kotor, meneguk minuman keras, ditemani orang-orang yang notabene memiliki sifat dan perilaku yang kurang mendidik, memegang telepon genggam dan berlagak parlente.

Dan anak kecil tersebut bernama Sandi Adi Santoso, balita berusia 3 tahun ini melakukan kebiasaan yang tak lazim dilakukan anak seusianya. Sejak berusia 1,5 tahun, putra pasangan Riyadi (46) dan Mujiati (41) asal Kota Malang ini sudah menjadi perokok berat. Tak hanya itu, tingkah laku dan perkataannya pun tak mencerminkan anak kecil. Umpatan dan kata-kata kotor seringkali keluar dari mulut Sandi. Saat bertemu dengan teman-teman yang usianya jauh lebih dewasa darinya, Sandi seringkali melontarkan kata-kata tak pantas.

Anehnya, Sandi mempunyai gaya hidup berbeda dengan manusia pada umumnya. Sandi mempunyai kebiasaan begadang setiap malam. Seringkali tidur usai waktu shubuh dan bangun sekitar pukul 08.00 WIB. Dalam setiap harinya, Sandi biasa bergaul dengan para jukir yang sudah remaja. Sandi pun kerap menghabiskan hari-harinya dengan menghisap rokok Sampoerna Mild di atas deretan motor yang diparkir.

Dengan ini patut diperbincangkan terkait pola pendidikan yang diajarkan orangtua terhadap anaknya. Apakah anak sama sekali tidak mendapat didikan dari orangtua? Apakah di usia tersebut perilaku akhlakul karimah tidak diajarkan oleh orangtua sehingga terjadi gaya hidup yang kurang wajar dipandang? Hal-hal apa yang mesti dilakukan untuk merubah perilaku tersebut agar si anak ini mendapat hak-hak pendidikan dan yang lainnya sebagaimana mestinya?

Seyogyanya orangtua tanggap bertindak terhadap apapun yang dilakukan oleh anak. Salah satunya menjauhkan anak-anak dari lingkungan yang kurang bersih. Sebab ada dampak negatif yang akan diterima anak jika kebiasaan anak yang merokok, berkata-kata kotor, begadang setiap malam tidak cepat tertangani. Terenggutnya kebahagiaan anak menikmati masa kecil dari pergaulannya. Peranan orangtua di dalam keluarga adalah vital dan bersifat wajib. Jika orangtua abai dan lalai memberikan pendidikan kepada anaknya, Allah Swt memberikan adzab terhadap orangtua tersebut. Kewajiban mendidik merupakan hal paling urgen. Menurut Amir Hasan Ramli, Dosen Psikologi Universitas Brawijaya, obatnya hanya satu, jauhkan dari lingkungan yang ada perokoknya.

Karenanya pendidikan Islam dalam lingkungan keluarga seharusnya menjadi pegangan dan pedoman utuh menjaga segala hal yang terburuk terjadi dari lingkungan yang dihuni. Agar supaya di dalam mendidik anak, orangtua menanamkan sejak dini nilai-nilai keislaman sehingga tercukupi ilmu keagamaan bagi anak dan akhlaknya terjaga.

Dan anak dapat dikendalikan, dididik, diarahkan untuk mendalami ilmu dasar tentang Islam serta mengaplikasikan perilaku berasaskan Islam sehari-hari. Dan pendidikan Islam dapat menjadi rujukan para orangtua memproteksi anak-anaknya.

Ada cara sederhana mendekatkan diri anak tentang nilai-nilai keislaman. Pertama, orangtua memberikan kasih sayang sepenuhnya. Ini sangat penting sekali, karena kasih sayang orangtua adalah sandaran anak mendapat perlindungan dan pendampingan dari orang-orang terdekat, jika tanpa kasih sayang maka akan tumbuh kebencian mendalam dari seorang anak kepada orangtua karena merasa ditinggalkan. Seperti halnya, ketika orangtua memilih sibuk bekerja sampai larut tanpa memperhatikan anaknya. Dan hal ini telah terjadi di perkotaan.

Kedua, orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak. Melihat kasus daripada Sandi sendiri, peran orangtua nihil sehingga menjadikan Sandi nampak leluasa bermain dengan siapa saja. Sampai akhirnya terjerumus kepada pergaulan yang salah. Oleh karena itu, orangtua melakukan tindakan sebaik mungkin kepada anak. Teladan yang baik yaitu dengan selalu mengajarkan nilai-nilai keislaman dan tidak serta merta melepas anak walaupun demi keperluan kerja sekalipun. Ketiga, orangtua mengajarkan akhlakul karimah dalam pergaulan sehari-hari. Anak yang terjerumus dalam pergaulan yang salah karena orangtua tidak mengajarkan akhlakul karimah kepada anak.

Mengajarkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan rutinitas, seperti makan dan minum, mengambil dan memulai dari tangan kanan, bila anak masih suka memakai tangan kiri, orangtua sesering mungkin menegur dan memandunya untuk memakai tangan yang baik. Menjauhkan anak dari asap rokok, kopi, dan telepon genggam. Bila orangtua perokok sebaiknya tidak didekat anak saat itu, tidak meminumkan kopi kepada anaknya, dan tidak mengajari anaknya cara mengoperasikan telepon genggam terlebih dahulu.

Orangtua membiasakan diri untuk mengajarkan kepada anak untuk berterima kasih kepada orang lain. Mengajarkan cara bertutur kata yang baik. Mengajarkan cara membuang sampah pada tempatnya. Melakukan kebaikan sekecil apapun. Dan anak diharapkan mendapat manfaat dari yang orangtua ajarkan selagi itu baik untuk anak dan masa depannya.

Akhlak atau moralitas adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak kepada anak. Di lingkungan keluarga diwujudkan dengan contoh dan teladan dari orangtua.

Perilaku sopan santun orangtua dalam pergaulan dan hubungan antara anak dan masyarakat mewujud ke arah pemberdayaan nilai-nilai keislaman secara menyeluruh dan mengukuhkan nilai-nilai Islam dalam Al-Qur'an dan Sunnah sebagai pedoman untuk kebahagiaan keluarga, dan akan tercapai upaya meminimalisir gejala buruk tapi menuju kebahagiaan selamanya. Semoga!


DAFTAR BACAAN


Anonim. Sandi, Balita Perokok Perlu Pendampingan. http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/forum. Diakses pada 07 Mei 2010.

Anonim. Balita Perokok Berat Sejak Usia 1,5 Tahun Kecanduan. http://www.dutamasyarakat.com/sandiperokok/rubrik-6-jatim.html. Diakses pada 07 Mei 2010

Muhaimin, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya.

Poerwadarminta, W.J.S., 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Sujana, Djuju, 1996. Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sastra Merakyat

Setelah memperingati Hari Puisi tanggal 28 April 2009, rasanya masih ada yang perlu dipertanyakan akan kemanakah sastra selanjutnya? Kemana Sastrawan-Sastrawan Indonesia melabuhkan Sastra Indonesia? Pernyataan bernada kritik di antara beberapa penikmat sastra seringkali terlontar. Mungkin Sastra Indonesia telah mati.

Terkadang sastra tidak lagi menjadi kegemaran masyarakat umum, utamanya siswa dan mahasiswa yang notabene telah belajar Sastra Indonesia di bangku pendidikan. Padahal sastra bukanlah sesuatu yang sakral dan sulit untuk kita pahami. Adakalanya penilaian masyarakat awam yaitu Sastrawan-Sastrawan kita dipandang tidak memasyarakatkan karya-karyanya sampai ke penjuru desa sekalipun. Sehingga nafas Sastra Indonesia masih jauh dari keterasingan di mata masyarakat.

Di Malang, komunitas-komunitas Sastra sudah menjamur untuk kalangan mahasiswa. Mendirikan komunitas yang hanya sekedar berdiri, sangat lazim bagi mahasiswa-mahasiswa Malang. Banyak komunitas sastra baru seumur jagung memilih asal bunyi. Namun eksistensinya hanya seujung jari. Mula-mula berdiri lalu beberapa bulan berikutnya mati.

Beberapa tahun yang lalu, komunitas sastra sudah unjuk gigi. Diskusi, publikasi sastra, rutinitas sastra berjalan. Berlanjut ke tahun-tahun berikutnya nilai-nilai sastra mulai terkikis. Sastra bukan lagi menjadi kegemaran bagi mahasiswa-mahasiswa. Komunitas-komunitas sastra yang ada di antaranya, Tinta Langit, Pramoedya Ananta Toer dan beberapa komunitas lainnya.

Namun lagi-lagi kita hanya mendapatkan komunitas sastra tersebut tenggelam begitu saja. Tak ada kabar apapun tentang bagaimana kelanjutan sastra tersebut. Kemudian, semua anggota komunitas lebih memilih beraktifitas selain dari sastra. Itulah tradisi masa kini.

Kita wajib menyadari akan kebenaran bahwa Sastra Indonesia memerlukan adanya pembaharuan dan pencerahan. Yaitu Sastra Indonesia baru yang terlahir dari ijtihad dan jihad nafs atau berani mempertaruhkan jiwa untuk sastra. Sebab bermula dari kesungguhan itulah sastra dapat kita bumikan di tanah pertiwi.

Oleh karena itu, lewat keprihatinan dan kegelisahan yang muncul tersebut terlahir komunitas sastra yang mengangkat sosok Chairil Anwar sebagai kelanjutan perjuangan sastra yang terbuang dahulu. KomuniTas Sastra Parkir atau KTSP merupakan ijtihad nafs dari seluruh insan mahasiswa pecinta sastra.

Dengan terbitnya KTSP, cinta akan sastra diharapkan bisa membumi di kalangan masyarakat umum. Karena KTSP merupakan sebuah komunitas yang mengukuhkan diri menjadi komunitas yang turut merakyatkan sastra, menanamkan kepada seluruh masyarakat awam untuk selalu menikmati sastra. Tugas-tugas itulah yang akan diemban oleh KTSP.

Tugas komunitas tersebut ke depannya belum selesai. Banyak pekerjaan rumah untuk menumbuhkan cinta sastra. []

sumber; http://www.surya.co.id/2009/05/13/sastra-merakyat.html

Mahasiswa Mudik

Jelang lebaran selalu identik dengan acara mudik. Tujuannya untuk kumpul-kumpul bersama keluarga dan sanak saudara atau handai taulan di kampung halaman. Pada hari-hari itulah menjadi hari yang paling padat dan sibuk.

Rasanya ada yang kurang kalau tidak mudik. Bagi sebagian orang hal semacam ini sudah biasa. Tapi bagi mahasiswa seperti saya, kesannya begitu luar biasa. Ada suasana berbeda di saat lebaran tiba.

Sebagai mahasiswa, tentunya saya akan mudik setelah menyelesaikan proses perkuliahan di kampus selesai. Saya tidak bisa cepat-cepat menyiapkan rencana mudik lebih dini. Berbeda halnya ketika waktu sekolah dulu, saya sanggup menikmati lebih dekat dengan keluarga tanpa jarak.

Ini memungkinkan saya untuk membayangkan, kalau keluarga di rumah sudah sangat mengharapkan kedatangan saya yang mencari ilmu di kota Malang.

Mahasiswa di perguruan tinggi negeri maupun swasta, pastinya merasakan hal yang sama dengan posisi saya. Kalau pegawai negeri menunggu cuti bersama sedangkan mahasiswa harus merampungkan studi sesuai satuan kredit semester (SKS) di kelas yang disetujui oleh dosen pengajar di kampus.

Ada nilai-nilai emosional yang saya petik ketika status kemahasiswaan saya di tahun kedua ini. Menjelang mudik, saya selalu ber-taqarrub atau mendekatkan diri dan berdoa kepada Allah agar senantiasa diberi keselamatan jasmani dan rohani, sehingga saya bisa bertemu keluarga.

Sebagian mahasiswa sebelum perjalanan pulang ke kampung, menghabiskan waktu untuk berbelanja di mall dan toko-toko besar. Mahasiswa sekarang seperti itu. Kalau tidak membawa sesuatu ke rumah, maka seperti ada yang tidak lengkap

Terbersit di benak saya sebagai mahasiswa, kalau begitu saya harus seperti mereka. Tentunya tanpa menghambur-hamburkan uang tetapi berkesan di hati. Benar juga, kalau mudik menjelang Lebaran ke kampung halaman sebagai sosok mahasiswa, kita perlu memberi sesuatu yang tidak terlalu mahal namun berharga dan berkesan agar senantiasa mempererat tali persaudaraan.

Saya setuju, mudik Lebaran menjadi suatu kebutuhan berkualitas untuk dijadikan oleh-oleh ke kampung halaman dan membaur untuk berbagi cerita, kepada sanak saudara di sana, yang melahirkan sebuah kebersamaan.

Kebersamaan yang diciptakan guna mengukuhkan ukhuwah islamiyah pada hari kemenangan, dengan suasana berbeda ala mahasiswa, adalah cerita Lebaran yang unik, selain cerita dari ibu-ibu tentang makanan atau masakan di hari fitri. (*)

sumber; http://www.surya.co.id/2009/10/01/mahasiswa-mudik.html