Jelang lebaran selalu identik dengan acara mudik. Tujuannya untuk kumpul-kumpul bersama keluarga dan sanak saudara atau handai taulan di kampung halaman. Pada hari-hari itulah menjadi hari yang paling padat dan sibuk.
Rasanya ada yang kurang kalau tidak mudik. Bagi sebagian orang hal semacam ini sudah biasa. Tapi bagi mahasiswa seperti saya, kesannya begitu luar biasa. Ada suasana berbeda di saat lebaran tiba.
Sebagai mahasiswa, tentunya saya akan mudik setelah menyelesaikan proses perkuliahan di kampus selesai. Saya tidak bisa cepat-cepat menyiapkan rencana mudik lebih dini. Berbeda halnya ketika waktu sekolah dulu, saya sanggup menikmati lebih dekat dengan keluarga tanpa jarak.
Ini memungkinkan saya untuk membayangkan, kalau keluarga di rumah sudah sangat mengharapkan kedatangan saya yang mencari ilmu di kota Malang.
Mahasiswa di perguruan tinggi negeri maupun swasta, pastinya merasakan hal yang sama dengan posisi saya. Kalau pegawai negeri menunggu cuti bersama sedangkan mahasiswa harus merampungkan studi sesuai satuan kredit semester (SKS) di kelas yang disetujui oleh dosen pengajar di kampus.
Ada nilai-nilai emosional yang saya petik ketika status kemahasiswaan saya di tahun kedua ini. Menjelang mudik, saya selalu ber-taqarrub atau mendekatkan diri dan berdoa kepada Allah agar senantiasa diberi keselamatan jasmani dan rohani, sehingga saya bisa bertemu keluarga.
Sebagian mahasiswa sebelum perjalanan pulang ke kampung, menghabiskan waktu untuk berbelanja di mall dan toko-toko besar. Mahasiswa sekarang seperti itu. Kalau tidak membawa sesuatu ke rumah, maka seperti ada yang tidak lengkap
Terbersit di benak saya sebagai mahasiswa, kalau begitu saya harus seperti mereka. Tentunya tanpa menghambur-hamburkan uang tetapi berkesan di hati. Benar juga, kalau mudik menjelang Lebaran ke kampung halaman sebagai sosok mahasiswa, kita perlu memberi sesuatu yang tidak terlalu mahal namun berharga dan berkesan agar senantiasa mempererat tali persaudaraan.
Saya setuju, mudik Lebaran menjadi suatu kebutuhan berkualitas untuk dijadikan oleh-oleh ke kampung halaman dan membaur untuk berbagi cerita, kepada sanak saudara di sana, yang melahirkan sebuah kebersamaan.
Kebersamaan yang diciptakan guna mengukuhkan ukhuwah islamiyah pada hari kemenangan, dengan suasana berbeda ala mahasiswa, adalah cerita Lebaran yang unik, selain cerita dari ibu-ibu tentang makanan atau masakan di hari fitri. (*)
sumber; http://www.surya.co.id/2009/10/01/mahasiswa-mudik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar