Ada hal yang paling berkesan ketika saya mengikuti Launching Buku dan Penganugerahan Lomba Cipta Cerpen, Esai dan Puisi Tingkat Mahasiswa Se-Indonesia di STAIN Purwokerto Kerjasama LPM Obsesi dan DeMa STAIN Purwokerto tanggal 9-10 Maret 2010 yang lalu. Sebagai salah satu finalis dari UIN Maliki Malang, Zulfa dari Universitas Brawijaya, dan Royyan Julian dari Universitas Negeri Malang (UM).
Berangkat dari Malang dengan kereta Gajayana hari Senin (8/3) sekitar jam 16.25 WIB. Perjalanan begitu menyenangkan. Hampir subuh saya dan teman-teman dari Universitas di seantero Indonesia saling mengucapkan salam jumpa. Salam kesejahteraan untuk mengawali hari-hari yang penuh dengan keceriaan. Teman-teman dari UPI Bandung, UHAMKA Depok, IAIN Walisongo Semarang, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UNS Surakarta, IAIN Imam Bonjol Padang dan lain-lainnya.
Setibanya di STAIN Purwokerto, Selasa 9 Maret 2010, saya mengikuti Launching Antologi Puisi “Menolak Lupa” bersama dengan narasumber Evi Idawati (Novelis, Cerpenis, Sastrawan, Artis) dan Abdul Wachid B.S (Penyair, Dosen, Sastrawan). Walaupun kampus beda, tapi saya seolah mengenal teman-teman dari kampus lainnya seperti teman-teman kecil saya sendiri.
Mbak Evi, begitu sebutan akrabnya. Mengatakan bagaimanapun juga menulis puisi bukan hanya wahana ekspresi tetapi juga sebuah cara berkomunikasi untuk memberitahukan pada dunia apa yang telah ditemukan dalam proses panjang pengendapan dan pemahaman menjalani kehidupan.
Betapa senangnya bila bertemu penulis yang berlabel mahasiswa tapi berprestasi luar biasa. Dan kala siang, dilanjutkan dengan Launching Antologi Cerpen “Bukan Perempuan” yang dipandu juga oleh Mas Achid, sapaan akrab Mas Abdul Wachid B.S dan kedatangan Joni Ariadinata, sebagai Cerpenis dan Redaktur Pelaksana Majalah Sastra Horison, Jakarta.
Pertemuan yang membahagiakan untuk saya. Mas Joni mengobarkan semangat penulis –penulis muda agar kuat menggali kreativitas dan imajinasi yang membentuk karakternya dalam bertutur cerita pendek. Menurut Mas Joni cerita-cerita pendek yang tersebar luas di media-media lokal dan nasional sudah kehilangan karakter dan imajinasi, hingga tak lebih dari keringnya bahasa, pendeknya cara berfikir.
Rabu 10 Maret 2010, saya mengikuti Launching Antologi Esai “Islam dan Terorisme” dengan narasumber Dr. Zuli Qodir (Dosen PPs UGM). Membincang terorisme lewat esai-esai teman-teman seperti sepotong pizza yang enak untuk disantap.
Setelah mengikuti kegiatan launching tersebut, saya dan teman-teman berwisata ke Baturraden. Salah satu wisata khas Purwokerto.
Dan di malam penganugerahan saya mendapat pelajaran begitu berharga bahwa menulis merupakan aktivitas paling mulia. Dengan berkarya maka tulisan-tulisan yang sudah kita hasilkan akan abadi. Berkaryalah maka kamu akan abadi, begitu temanya.
Beruntung saya dipertemukan dengan kegiatan ini. Bertukar ide, sharing perjalanan kepenulisan. Kapan, dimana awal mula saya menulis? Bagaimana agar bisa eksis menulis? Semua yang berkenaan dengan kepenulisan selalu dibincangkan. Inilah momentum penulis “mahasiswa”. Mahasiswa tidak hanya dianggap anarkis tapi mahasiswa juga berprestasi dalam bidang tulis menulis. (*)
sumber; http://www.surya.co.id/2010/03/31/pengalaman-dari-anugerah-sastra.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar